Selamat
malam, pembaca setia blog sederhana ini, terima kasih sudah mampir, pada
tulisan ini mungkin sedikit saya mencurahkan isi hati saya, dan mungkin
terkesan lebay atau pembaca mungkin berpikir saya terlalu pengecut atau apalah
tanggapan anda mengenai diri saya ini, akan tetapi rasa gundah gulana didalam
hati ini saya curahkan melalui tulisan, agar diharapkan kita dapat sharing .
pengalaman dalam berkeluarga, wokeh langsung to the point cerita aja.
Cerita
ini bermula sekitar pertengahan tahun 2010, dimana saya berkenalan dengan
seorang gadis yang memikat hati saya pada pertemuan pertama, dan seperti gayung
bersambut gadis itupun suka dengan saya, hari – hari dilewati begitu indah
dalam masa pacaran sepasang kekasih yang dimadu cinta, kurang lebih 1,5 tahun
kami pacaran kami sepakat untuk menikah,
dan hidup mandiri walaupun orang tua saya mengijinkan kami untuk tinggal
bersama mereka, riak dan badai serta madunya pernikahan telah kami lalui dan
rasakan selama 3 tahun dan akhirnya setelah sekian lama kami menunggu kehadiran
seorang anak, tuhan pun mengijinkannya, kami dikaruniai seorang putra sebut
saja namanya Emon dan kami pun memutuskan untuk tinggal bersama orang tua saya
dikarenakan kami belum berpengalaman dalam merawat anak, selain itu kami berdua
juga sibuk dalam mencari nafkah dan kami berdua tidaklah kekurangan dalam hal
materi, orang tua saya juga pensiunan
pegawai negeri. Ternyata kebahagiaan saya itu tidak berlangsung lama, sikap
istri saya berubah 180 derajat, istri saya sangat membenci kedua orang tua saya
tanpa sebab walaupun orang tua saya menolong tanpa pamrih berhubung emon
merupakan cucu pertama orang tua saya dan selain itu menurut adat di keluarga
saya emon anak saya mempunyai pangkat tertinggi dan dihormati walaupun masih
bayi, dan selain itu Emon merupakan pewaris dari keluarga saya. Sayangnya semua
keagungan itu dimuntahkan oleh istri saya, dengan memukul dan memaki – maki ibu
saya di rumahnya sendiri, hancur hati saya pada saat itu, kebahagiaan saya dalam
sekejap hancur, pupus dan sirna karena kesalah pahaman dan keegoisan istri
saya, akan tetapi saya mengalah di umur 7 bulannya anak saya emon kami bertiga
pindah kerumah kakak dari istri saya, dengan harapan kakak istri saya dapat
memberi pengertian kepada istri saya, kami pindah kesana walaupun rumah
tersebut dalam kondisi tidak layak, akan tetapi rejeki anak itu ada, saya
perbaiki rumah tersebut agar menjadi layak dengan harapan istri saya hatinya
bisa melunak, tidak untuk pulang ke rumah orang tua saya lagi akan tetapi
lupakanlah semua itu, membangun rumah tangga mandiri lagi seperti dulu, akan
tetapi semua itu sia – sia belaka ternyata kakaknya yang selama ini saya kenal
sangat baik kepada kami dan keluarga saya juga penuh dengan tipu muslihat,
dimana istri saya dengan anak saya dibawa jauh meninggalkan saya ke desa
kelahiran istri saya selama sebulan, segala daya dan upaya yang saya kerahkan
untuk membawa pulang kembali istri dan anak saya tidak membuahkan hasil, akan
tetapi saya dipermainkan oleh mereka, saya terus berdoa agar istri dan anak
saya pulang ke saya lagi, akhirnya tuhan menjawabnya dengan mempertemukan saya
kembali dirumah teman istri saya, dan teman istri saya lebih bijak untuk
mendamaikan kami kembali, ternyata kerukunan kami kembali tidak berlangsung
lama, istri saya membuat ulah dengan ketua RT tempat kami tinggal, istri saya
bak tinggal diatas bara api akhirnya kamipun memutuskan untuk pindah selain
menghindari pertengkaran dengan tetangga,
didaerah yang baru banyak tersedia penitipan bayi dan anak, walaupun
rasanya lelah berpindah – pindah terus tetapi saya lakukan demi ketenangan dan
kerukunan kami, dan sekali lagi bukannya dengan kepindahan tersebut kami
mendapatkan ketenangan dan kerukunan tapi pertengkaran tiap hari, sampai pada
suatu waktu kekecewaan saya yang mendalam, dimana istri saya memecahkan kaca
mobil kantor yang saya pinjam untuk mengantarkan anak saya ke rumah sakit, akan
tetapi rupanya ada niat jahat istri saya terhadap saya, hanya untuk mendapatkan
kepuasan karena dia tau bagaimana menyakiti hati saya, akan tetapi niat saya
bulat untuk membawa anak saya kerumah sakit, walaupun diperjalanan saya diludah
dan dipukul apabila saya menyanggah perkataanya, saya tahan saja lagian saya ga
bisa membela diri dikarenakan membawa kendaraan, tetapi saya sebagai manusia yang normal atau
siapapun itu pastilah tidak tahan tiap hari di teror tiap hari bertengkar,
sampai teman –teman saya menganggap saya ini manusia idiot, tapi biarlah karena
rasa sayang saya kepada mereka, seminggu
telah berlalu dari kejadian tersebut dan hari – hari masih diwarnai
pertengkaran, sampai pada akhirnya dipicu oleh penghinaan orang tua saya dan
permintaan cerai dengan melemparkan pisau kepada saya, hilanglah semua
kesabaran saya dan saya putuskan untuk meninggalkannya demi keselamatan anak
saya dan juga saya takut akan perkembangan kepribadian yang diwarnai kekerasan,
hingga detik ini saat saya menulis sepenggal kisah hidup saya, saya tidak dapat
terang – terangan bertemu anak saya, dan apabila saya ketahuan untuk bertemu
anak saya di tempat pengasuhnya saya akan dipukulnya ataupun hanya untuk
menyakiti hati saya anak saya di marahnya atau di jentik mulutnya apabila
tersenyum sama saya, saya hanya bisa melihat di balik pagar apabila berkunjung
kerumah istri saya dan anak saya di ajari kalau bapaknya telah mati dan
memanggil saya dengan panggilan om, kalaupun saya bisa bersama mereka, dan
itupun dalam hal – hal tertentu yang istri saya tidak bisa mengatasi permasalan
hidup mereka. Status kami sekarang berpisah dan tinggal menunggu sidang
poerceraiann yang sudah berjalan 6 bulanan yang belum putus – putus, dan umur
anak saya sudah hampir 2 tahun, dimana kondisi anak saya sangat jauh berbeda
dengan waktu kami bersama – sama seperti kekurangan gizi dan berbeban pikiran
padahal masih kecil, meskipun nafkah dari saya selalu dipenuhi, saya sangat
tertekan dengan keadaan seperti ini ingin marah, marah dengan siapa hanya saya
pasrahkan saja denganNYA dimana hanya DIAlah yang selalu melindungi anak saya
dimanapun dan dalam kondisi apapun, dan saya berharap semoga saya selalu sehat
dan mempunyai rejeki untuk mensupport segala kebutuhan anak saya. Saya hanya
sangat kesal kenapa istri saya tidak rela untuk saya menemui anak saya dan
merawatnya walaupun itu semua dilakukannya untuk menyakiti hati saya.
Itulah
cerita kehidupan saya dalam berkeluarga, dari tulisan ini saya berharap semoga
pasangan – pasangan yang masih mengarungi bahtera rumah tangga selalu menjaga
keharmonisan, saling pengertian, saling memaafkan, saling menjaga dan jauhkan
segala keegoisan dalam diri kita, dimana ada kebahagiaan disitu ada kedamaian
dimana ada persatuan, rintangan sebesar apapun pasti bisa dihadapi bersama.
Bagi yang belum menikah dan akan menikah kenali betul kepribadian pasangan kita
jangan salah pilih karena akan menjadi dagingmu, jantungmu, hatimu, pikiranmu
juga, jangan sampai menyesal kemudian seperti saya ini
No comments:
Post a Comment